Bagi
teman-teman yang ingin bisa mendisain busana sendiri, disini saya akan
berbagi tentang cara mendisain busana sendiri. Tulisan ini terdiri dari 9
bagian dari mulai mengenal pengertian desain, unsur-unsur desain, cara
menggambar bagian-bagian tubuh dalam desain, cara menggambar
bagian-bagian busana sampai pada pewarnaan gambar. Semoga artikel ini
bisa membantu teman-teman, paling tidak saat mau ke penjahit teman-teman
bisa menggambar sendiri model pakaian yang teman-teman inginkan dan si
penjahit juga tidak kesulitan untuk memahami model pakaian yang
teman-teman maksudkan. Akhirnya Selamat mencoba, dan jangan mudah putus
asa ya...!
Unsur-Unsur Desain
Seorang
desainer adalah seorang seniman yang mengekspresikan ide dan
kreatifitasnya dalam bentuk rancangan busana. Suatu rancangan tercipta
melalui suatu proses totalitas berfikir dengan memadukan ilmu seni rupa
dengan unsur-unsur lain yang mendukung. Unsur desain merupakan
unsur-unsur yang digunakan untuk mewujudkan desain sehingga orang lain
dapat membaca desain tersebut. Maksud unsur disini adalah unsur-unsur
yang dapat dilihat atau sering disebut dengan unsur visual. Unsur-unsur
desain ini terdiri atas garis, arah, bentuk, tekstur, ukuran, value, dan
warna. Melalui unsur-unsur visual inilah seorang perancang dapat
mewujudkan rancangannya.
1. Garis
Garis
merupakan unsur yang paling tua yang digunakan manusia dalam
mengungkapkan perasaan atau emosi. Yang dimaksud dengan unsur garis
ialah hasil goresan dengan benda keras di atas permukaan benda alam
(tanah, pasir, daun, batang, pohon dan sebagainya) dan benda-benda
buatan (kertas, dinding, papan dan sebagainya). Melalui goresan-goresan
berupa unsur garis tersebut seseorang dapat berkomunikasi dan
mengemukakan pola rancangannya kepada orang lain. Ada 2 jenis garis sebagai dasar dalam pembuatan bermacam-macam garis, yaitu:
a. Garis Lurus
Garis
lurus adalah garis yang jarak antara ujung dan pangkalnya mengambil
jarak yang paling pendek. Garis lurus merupakan dasar untuk membuat
garis patah dan bentuk-bentuk bersudut. Apabila diperhatikan dengan
baik, akan terasa bahwa macam-macam garis ini memberikan kesan yang
berbeda pula. Kesan yang ditimbulkan garis ini disebut watak garis.
b. Garis Lengkung
Garis
lengkung adalah jarak terpanjang yang menghubungkan dua titik atau
lebih. Garis lengkung ini berwatak lebih dinamis dan luwes.
Setiap garis memberi kesan tertentu yang dinamakan sifat/watak garis. Adapun sifat-sifat dari garis, yaitu:
a. Sifat Garis Lurus
Garis
lurus mempunyai sifat kaku dan memberi kesan kokoh, sungguh-sungguh dan
keras, namun dengan adanya arah sifat garis dapat berubah seperti:
1) Garis lurus tegak memberikan kesan keluhuran
2) Garis lurus mendatar memberikan kesan tenang
3) Garis lurus miring/diagonal merupakan kombinasi dari sifat garis vertikal
dan horizontal yang mempunyai sifat lebih hidup (dinamis).
b. Sifat Garis Lengkung
Garis lengkung memberi kesan luwes, kadang-kadang bersifat riang dan gembira. Dalam bidang busana garis mempunyai fungsi:
1) Membatasi bentuk struktur atau siluet.
2) Membagi bentuk struktur ke dalam bagian-bagian pakaian untuk menentukan model pakaian.
3)
Memberikan arah dan pergerakan model untuk menutupi kekurangan bentuk
tubuh, seperti garis princes, garis empire, dan lain-lain.
2. Arah
Pada
benda apa pun, dapat kita rasakan adanya arah tertentu, misalnya
mendatar, tegak lurus, miring, dan sebagainya. Arah ini dapat dilihat
dan dirasakan keberadaannya. Hal ini sering dimanfaatkan dalam merancang
benda dengan tujuan tertentu. Misalnya dalam rancangan busana, unsur
arah pada motif bahannya dapat digunakan untuk mengubah penampilan dan
bentuk tubuh si pemakai. Pada bentuk tubuh gemuk, sebaiknya menghindari
arah mendatar karena dapat menimbulkan kesan melebarkan. Begitu juga
dalam pemilihan model pakaian, garis hias yang digunakan dapat berupa
garis princes atau garis tegak lurus yang dapat memberi kesan
meninggikan atau mengecilkan orang yang bertubuh gemuk tersebut.
Setiap benda mempunyai bentuk. Bentuk adalah hasil hubungan dari beberapa garis yang mempunyai area atau bidang dua dimensi (shape). Apabila bidang tersebut disusun dalam suatu ruang, maka terjadilah bentuk tiga dimensi atau form.
Jadi, bentuk dua dimensi adalah bentuk perencanaan secara lengkap untuk
benda atau barang datar (dipakai untuk benda yang memiliki ukuran
panjang dan lebar), sedangkan tiga dimensi adalah yang memiliki panjang,
lebar dan tinggi.
Berdasarkan
jenisnya, bentuk terdiri atas bentuk naturalis atau bentuk organik,
bentuk geometris, bentuk dekoratif dan bentuk abstrak. Bentuk naturalis
adalah bentuk yang berasal dari bentuk-bentuk alam seperti
tumbuh-tumbuhan, hewan, dan bentukbentuk alam lainnya. Bentuk geometris
adalah bentuk yang dapat diukur dengan alat pegukur dan mempunyai bentuk
yang teratur, contohnya bentuk segi empat, segi tiga, bujur sangkar,
kerucut, lingkaran, dan lain sebagainya. Sedangkan bentuk dekoratif
merupakan bentuk yang sudah diubah dari bentuk asli melalui proses
stilasi atau stilir yang masih ada ciri khas bentuk aslinya.
Bentuk-bentuk ini dapat berupa ragam hias pada sulaman atau hiasan
lainnya yang mana bentuknya sudah tidak seperti bentuk sebenarnya.
Bentuk ini lebih banyak dipakai untuk menghias bidang atau benda
tertentu. Bentuk abstak merupakan bentuk yang tidak terikat pada bentuk
apa pun, tetapi tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip desain.
4. Ukuran
Ukuran
merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi desain pakaian ataupun
benda lainnya. Unsur-unsur yang dipergunakan dalam suatu desain
hendaklah diatur ukurannya dengan baik agar desain tersebut
memperlihatkan keseimbangan. Apabila ukurannya tidak seimbang, maka
desain yang dihasilkannya akan kelihatan kurang baik. Misalnya dalam
menata busana untuk seseorang, orang yang bertubuh kecil mungil
sebaiknya tidak menggunakan tas atau aksesories yang terlalu besar
karena terlihat tidak seimbang.
5. Tekstur
Setiap
benda mempunyai permukaan yang berbeda-beda, ada yang halus dan ada
yang kasar. Tekstur merupakan keadaan permukaan suatu benda atau kesan
yang timbul dari apa yang terlihat pada permukaan benda. Tekstur ini
dapat diketahui dengan cara melihat atau meraba. Dengan melihat akan
tampak pemukaan suatu benda misalnya berkilau, bercahaya, kusam tembus
terang, kaku, lemas, dan lain-lain. Sedangkan dengan meraba akan
diketahui apakah permukaan suatu benda kasar, halus, tipis, tebal
ataupun licin. Tekstur yang bercahaya atau berkilau dapat membuat
seseorang kelihatan lebih besar (gemuk), maka bahan tekstil yang
bercahaya lebih cocok dipakai oleh orang yang bertubuh kurus sehingga
terlihat lebih gemuk. Tekstur bahan yang tembus terang seperti siffon,
brokat dan lain-lain kurang cocok dipakai oleh orang yang berbadan gemuk
karena memberi kesan bertambah gemuk.
6. Value (Nada Gelap dan Terang)
Benda
hanya dapat terlihat karena adanya cahaya, baik cahaya alam maupun
cahaya buatan. Jika diamati pada suatu benda terlihat bahwa
bagian-bagian permukaan benda tidak diterpa oleh cahaya secara merata,
ada bagian yang terang dan ada bagian yang gelap. Hal ini menimbulkan
adanya nada gelap terang pada permukaan benda. Nada gelap terang ini
disebut dengan istilah value.
Warna
merupakan unsur desain yang paling menonjol. Dengan adanya warna
menjadikan suatu benda dapat dilihat. Selain itu, warna juga dapat
mengungkapkan suasana perasaan atau watak benda yang dirancang. Warna
dapat menunjukkan sifat dan watak yang berbeda-beda, bahkan mempunyai
variasi yang sangat banyak, yaitu warna muda, warna tua, warna terang,
warna gelap, warna redup, dan warna cemerlang. Sedangkan dilihat dari
sumbernya, ada warna merah, biru, kuning, hijau, orange, dan lain
sebagainya. Tetapi jika disebut warna panas, warna dingin, warna lembut,
warna ringan, warna sedih, warna gembira dan sebagainya, ini disebut
juga
dengan watak warna.
Warna-warna
tua atau warna hitam dapat memberi kesan berat dan menyusutkan bentuk.
Oleh karena itu, apabila kita menata busana untuk seseorang, hendaklah
disesuaikan dengan orang tersebut. Misalnya orang yang bertubuh gemuk
hendaklah dipilih warna yang tidak terlalu cerah atau warna-warna redup
karena warna ini dapat menyusutkan bentuk tubuh yang gemuk tersebut.
a. Pengelompokan warna
Ada
bermacam-macam teori yang berkembang mengenai warna, di antaranya teori
Oswolk, Mussel, Prang, Buwster, dan lain-lain. Dari bermacam-macam
teori ini yang lazim dipergunakan dalam desain busana dan mudah dalam
proses pencampurannya adalah teori warna Prang karena kesederhanaannya. Prang mengelompokkan warna menjadi lima bagian, yakni warna primer, sekunder, intermedier, tertier, dan kuarter.
1) Warna primer,
warna ini disebut juga dengan warna dasar atau pokok karena warna ini
tidak dapat diperoleh dengan pencampuran hue lain. Warna primer terdiri
dari merah, kuning, dan biru.
2) Warna sekunder, warna ini merupakan hasil pencampuran dari dua warna primer. Warna sekunder terdiri terdiri dari orange, hijau, dan ungu.
a) Warna orange merupakan hasil dari pencampuran warna merah dan warna kuning.
b) Warna hijau merupakan pencampuran dari warna kuning dan biru.
c) Warna ungu adalah hasil pencampuran merah dan biru.
3) Warna intermediet,
warna ini dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu dengan mencampurkan
warna primer dengan warna sekunder yang berdekatan dalam lingkaran warna
atau dengan cara mencampurkan dua warna primer dengan perbandingan 1:2.
a) Kuning hijau (KH)
adalah hasil pencampuran dari kuning ditambah hijau atau dua bagian kuning ditambah satu bagian biru (K+K+B)
b) Biru hijau (BH)
adalah hasil pencampuran biru ditambah hijau atau dua bagian biru di tambah satu bagian kuning (B+B+K)
c) Biru ungu (BU)
adalah hasil pencampuran biru dengan ungu atau pencampuran dua bagian biru dengan satu bagian merah (B+B+M).
d) Merah ungu (MU)
adalah hasil pencampuran merah dengan ungu atau pencampuran dua bagian merah dan satu bagian biru (M+M+B)
e) Merah orange (MO)
adalah hasil pencampuran merah dengan orange atau pencampuran dua bagian merah dan satu bagian kuning (M+M+K)
f) Kuning orange (KO)
adalah hasil pencampuran kuning dengan orange atau pencampuran dua bagian kuning dan satu bagian merah (K+K+M)
4) Warna tertier
Warna
tertier adalah warna yang terjadi apabila dua warna sekunder dicampur.
Warna tertier ada tiga, yaitu tertier biru, tertier merah, dan tertier
kuning.
a) Tertier biru adalah hasil pencampuran ungu dengan hijau.
b) Tertier merah adalah hasil pencampuran orange dengan ungu.
c) Tertier kuning adalah hasil pencampuran hijau dengan orange.
5) Warna kwarter
Warna kwarter adalah warna yang dihasilkan oleh pencampuran dua warna tertier. Warna kwarter ada tiga, yaitu kwarter hijau, kwarter orange, dan kwarter ungu.
a) Kwarter hijau terjadi karena percampuran tertier biru dengan tertier kuning.
b) Kwarter orange terjadi karena percampuran tertier merah dengan tertier kuning.
c) Kwarter ungu terjadi karena percampuran tertier merah dengan tertier biru.
b. Pembagian Warna Menurut Sifatnya
Warna menurut sifatnya dapat dibagi atas 3 bagian, yaitu sifat panas dan dingin atau hue dari suatu warna, sifat terang dan gelap atau value warna, serta sifat terang dan kusam atau intensitas dari warna.
1) Sifat panas dan dingin
Sifat panas dan dingin suatu warna sangat dipengaruhi oleh huenya. Hue merupakan suatu istilah yang dipakai untuk membedakan suatu warna dengan warna yang lainnya, seperti merah, kuning, biru, dan lainnya. Perbedaan antara merah dan kuning ini adalah perbedaan huenya. Hue dari suatu warna mempunyai sifat panas dan dingin. Warna-warna panas adalah
warna yang berada pada bagian kiri dalam lingkaran warna, yang termasuk dalam warna panas ini yaitu warna yang mengandung unsur merah, kuning, dan jingga. Warna panas ini memberi kesan berarti agresif, menyerang, membangkitkan, gembira, semangat, dan menonjol. Sedangkan warna yang mengandung unsur hijau, biru, ungu disebut warna dingin. Warna dingin lebih bersifat tenang, pasif, tenggelam, melankolis, serta kurang menarik perhatian.
2) Sifat terang dan gelap
Sifat terang dan gelap suatu warna disebut dengan value warna. Value warna ini terdiri atas beberapa tingkat. Untuk mendapatkan value ke arah yang lebih tua dari warna aslinya disebut dengan shade, dilakukan dengan penambahan warna hitam. Sedangkan untuk warna yang lebih muda disebut dengan tint, dilakukan dengan penambahan warna putih.
3) Sifat terang dan kusam
Sifat terang dan kusam suatu warna dipengaruhi oleh kekuatan warna atau intensitasnya. Warna-warna yang mempunyai intensitas kuat akan kelihatan lebih terang, sedangkan warna yang mempunyai intensitas lemah akan terlihat kusam.
c. Kombinasi Warna
Dari berbagai warna yang sudah ada, besar kemungkinan belum ditemui warna yang diinginkan. Oleh sebab itu, warna ini perlu dikombinasikan. Mengkombinasikan warna berarti meletakkan dua warna atau lebih secara berjejer atau bersebelahan. Jenis-jenis kombinasi warna dapat dikelompokkan atas:
1) Kombinasi monokromatis atau kombinasi satu warna yaitu kombinasi satu warna dengan value yang berbeda. Misalnya merah muda dengan merah, hijau muda dengan hijau tua, dll. seperti di bawah ini:
2) Kombinasi analogus yaitu kombinasi warna yang berdekatan letaknya dalam lingkaran warna. Seperti merah dengan merah keorenan, hijau dengan biru kehijauan, dll.
3) Kombinasi warna komplementer yaitu kombinasi warna yang bertentangan letaknya dalam lingkaran warna, seperti merah dengan hijau, biru dengan orange dan kuning dengan ungu.
4) Kombinasi warna split komplementer yaitu kombinasi warna yang terletak pada semua titik yang membentuk huruf Y pada lingkaran warna. Misalnya kuning dengan merah keunguan dan biru keunguan, biru dengan merah keorenan dan kuning keorenan, dan lain-lain.
5) Kombinasi warna double komplementer yaitu kombinasi sepasang warna yang berdampingan dengan sepasang komplementernya. Misalnya kuning orange dan biru ungu.
6) Kombinasi warna segitiga yaitu kombinasi warna yang membentuk segitiga dalam lingkaran warna. Misalnya merah, kuning dan biru. Orange, hijau, dan ungu. Kombinasi warna monokromatis dan kombinasi warna analogus di atas disebut kombinasi warna harmonis, sedangkan kombinasi warna komplementer, split komplementer, double komplementer dan segitiga disebut juga kombinasi warna kontras.